Minggu, 15 Januari 2012

Mengolah Limbah Jambu Mete Jadi Produk Ekonomis Tinggi

Jambu mete merupakan salah satu tanaman industri yang potensial dengan produk utama berupa biji (kacang) mete. Jambu mete umumnya dikembangkan di daerah dataran rendah yang beriklim kering, bahkan di kawasan lahan kritis untuk penghijauan atau konservasi lahan.

Pengolahan mete, di samping menghasilkan biji, juga limbah berupa buah semu dan kulit atau cangkang biji. Buah semu biasanya hanya dibuang sebagai limbah. Salah satu peluang pemanfaatan buah semu adalah sebagai pakan. Pakan kombinasi dari leguminosa dan buah semu mete sangat baik untuk ternak.

Buah semu mengandung gizi yang rendah, yaitu air 82,5%, protein 0,7%, dan energi 720 kal/g. Komposisi fisik pada bagian padat buah semu 34-36%, dengan kandungan protein kasar 6,10% dan serat kasar 15,15%. Di samping zat gizinya rendah, buah semu juga mengandung asam anakardat yang dapat menyebabkan gangguan tenggorokan dan batuk bila digunakan sebagai pakan ternak.

Salah satu upaya meningkatkan nilai gizi buah semu adalah melalui proses fermentasi. Melalui proses tersebut, kadar protein dan kalori dapat meningkat serta kadar serat kasar menurun. Fermentasi juga dapat menekan kandungan tanin sehingga bahan dapat diberikan pada level yang lebih tinggi pada ransum ternak.

Buah semu dapat pula dikeringkan lalu dibuat tepung sehingga lebih tahan lama (hingga 6 bulan). Dengan cara demikian, pakan dari buah semu dapat tersedia sepanjang tahun di luar musim panen. Di samping itu, penepungan akan memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan pencampurannya pada saat diberikan kepada ternak.

Proses Pengolahan

Fermentasi limbah mete dapat berlangsung secara efektif dengan bantuan mikroba tertentu sebagai inokulan. Dari berbagai jenis inokulan yang dicoba, yang memberikan hasil terbaik adalah Aspergillus niger.

Aspergillus niger merupakan sejenis jamur yang bersifat fakultatif, dapat berkembang dalam kondisi aerob maupun anaerob. Oleh karena itu, penggunaan mikroba ini untuk fermentasi akan lebih praktis, karena proses fermentasi tidak mesti tertutup rapat. Namun, petani atau masyarakat yang berminat melakukan fermentasi limbah harus hati-hati, karena ada jenis Aspergillus lain yakni Aspergillus flavus yang dapat menyebabkan aflatoksin pada unggas. Namun, membedakan keduanya sangatlah mudah, A. niger koloninya berwarna hitam, sedangkan A. flavus berwarna kuning.

Agar proses fermentasi efisien, bibit Aspergillus atau Rhizophus diaktifkan dan diperbanyak. Pada umumnya bibit A. niger yang diproduksi di laboratorium berbentuk padat, namun Aspergillus yang diproduksi BPTP Bali berbentuk cair. Ini dimaksudkan agar inokulan tersebut harganya murah sehingga terjangkau petani.

Melalui proses perbanyakan, setiap 1 liter bibit Aspergillus dapat menjadi 200 liter. Aktivasi dan perbanyakan Aspergillus memerlukan peralatan seperti bak plastik yang bersih dan aerator, sedangkan bahan yang digunakan adalah gula pasir, urea, dan NPK, masing-masing 1% dari berat air. Bahan nutrisi tersebut dapat diganti dengan campuran gula dan ekstrak tauge (kecambah kacang hijau) masingmasing 2,5% dari berat air.

Air yang digunakan harus steril dan bebas kaporit (bukan air PAM). Bila menggunakan air sungai atau air yang kotor, harus dimasak lebih dahulu hingga mendidih untuk membunuh mikroba yang ada. Air yang telah masak dibiarkan hingga dingin, lalu ditambahkan gula, urea, dan NPK atau gula dan ekstrak tauge kemudian diaduk hingga larut. Selanjutnya bibit Aspergillus dimasukkan sebanyak 0,5% dari volume air.

Ujung selang aerator kemudian dimasukkan ke dalam air dan diberi pemberat agar tidak mengapung, lalu aerator dihidupkan sehingga timbul gelembung-gelembung oksigen dalam air dan air pun tertekan udara sehingga berputar. Proses aerasi dilakukan sekitar 30-48 jam hingga larutan siap digunakan. Bila di lokasi tidak tersedia listrik dan aerator, larutan dibiarkan selama 72 jam, baru digunakan. Selama proses aktivasi, bahan-bahan tersebut diletakkan di tempat yang teduh dan ditutup agar tidak terkontaminasi mikroba.

Fermentasi

Fermentasi dilakukan pada wadah atau di atas para-para yang beralas anyaman bambu. Fermentasi dilakukan di tempat teduh agar bahan tidak terkena hujan atau sinar matahari. Limbah mete mengandung air 60% sehingga sebelum difermentasi perlu dipres atau diperas, secara manual atau dengan alat, lalu dicacah. Dapat pula bahan dicacah dulu baru dipres.

Limbah yang akan difermentasi ditempatkan dalam bak atau wadah lain. Bahan ditebarkan setebal 5-10 cm, kemudian disiram larutan A. niger secara merata. Selanjutnya di atasnya ditambah limbah lagi, kemudian disiram lagi dengan larutan hingga seluruh bahan terbasahi. Limbah kemudian ditutup dengan goni, plastik atau kain agar tetap lembap dan terlindung dari mikroba. Fermentasi dilakukan 4-6 hari. Bila fermentasi terlalu cepat, proses dekomposisi kurang sempurna.

Pengeringan dan Penggilingan

Setelah 5 hari, tutup fermentasi dibuka lalu limbah dikeringkan dengan dijemur. Bila matahari bersinar cerah, dalam 2-3 hari bahan akan kering. Setelah kering, limbah digiling hingga menjadi tepung. Penggilingan dapat menggunakan penepung gaplek, beras atau kopi. Untuk alat berkapasitas 100 kg/jam, diperlukan mesin penggerak berkekuatan 8 HP.

Tepung limbah dapat langsung diberikan kepada ternak atau disimpan. Tepung disimpan dalam kantong plastik atau goni yang kering lalu ujungnya diikat dan ditempatkan di tempat yang kering dan teduh. Dengan proses pengolahan tersebut, limbah dapat disimpan hingga 6 bulan.

Kandungan Gizi dan Pemanfaatannya

Buah semu jambu mete yang difermentasi memiliki kandungan gizi, terutama protein, jauh lebih tinggi dibanding bahan asalnya, yaitu protein meningkat dari 7% menjadi 21- 22%. Sementara itu kandungan serat kasarnya menurun dari 14,48% menjadi 8,56%.

Limbah mete fermentasi dapat diberikan kepada ternak ruminansia (kambing, sapi, kerbau) sebagai pakan penguat. Hijauan tetap diberikan, sedangkan pakan penguat sebagai pakan tambahan untuk menghasilkan pertumbuhan atau meningkatkan produksi susu. Pada kambing atau sapi, jumlah penggunaannya berkisar antara 0,7-1,2% dari bobot hidup ternak. Kambing dengan bobot badan 30 kg dapat diberi pakan limbah mete fermentasi sekitar 200-350 g/ekor/hari.

Pada sapi dengan berat badan 300 kg, limbah dapat diberikan 2,0-3,5 kg/ekor/hari. Pada ayam atau itik, tepung limbah mete dapat dicampurkan ke dalam ransum.

Hasil Penelitian

Hasil pengkajian BPTP Bali menunjukkan, pemberian limbah mete fermentasi pada kambing dapat meningkatkan bobot badan secara nyata. Penimbangan pertama pada 24 ekor kambing memperoleh bobot awal rata-rata untuk P1: 15,67 kg/ekor dan P2: 15,55 kg/ ekor. Setelah diberi pakan limbah 12 minggu (84 hari), bobot badan rata-rata menjadi 18,49 kg untuk P1 dan 20,56 kg untuk P2. Dengan demikian pada P1 diperoleh pertambahan bobot badan rata-rata 33,58 g dan P2 59,65 g/ekor/hari.

Hasil analisis ekonomi menunjukkan, pemberian limbah mete fermentasi dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp31.950 per 12 minggu atau Rp10.650 per bulan untuk setiap ekor anak kambing dibandingkan dengan pola pemeliharaan tradisional. Analisis tersebut sudah memperhitungkan biaya bahan baku dan pengolahan.

Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Kolaka siap membantu pengembangan pestisida limbah jambu mete, hasil temuan Maryadi, Dosen Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Bupati Kolaka, H Buhari Matta, menginstruksikan pada Dinas Perkebunan Kolaka untuk membangun kerja sama dalam rangka mengembangkan dan menggunakan teknologi pertanian yang dapat membantu masyarakat petani. Instruksi Bupati tersebut disampaikan di sela-sela bedah Kecamatah Lalolae.

Maryadi, penemu pestisida ramah lingkungan ini mengatakan, pestisida temuannya ini sudah banyak digunakan petani di Sulawesi Tenggara. Menurutnya, pestisida yang diberi nama phymar C 711 ini bahan baku utamanya terbuat dari limbah kulit jambu mete yang terbuang. "Limbah kulit jambu mete ini baunya sangat menyengat dan membuat banyak orang sesak," katanya.

Penemuan pestisida bebas dari bahan kimia ini dimulai dari penelitian selama 15 tahun. "Kegunaan pestisida ini untuk membasmi penyakit busuk buah kakao dan penyakit kanker batang kakao, harga per botol Rp 60.000," katanya.

Menurut Maryadi, pestisida temuan ini sementara dalam proses pendaftaran merk dan hak paten di Dirjen HAKI. "Untuk sementara pasarnya baru Sulawesi Tenggara," katanya. (fn/sc/kk) www.suaramedia.com

Jadi Raja Se'i, Albert Porsiana Tiap Bulan Butuh 160 Sapi

Sungguh tak dinyana, peristiwa pahit pemecatan Albert Porsiana (48) sebagai Direktur Hotel Marina Kupang justru menjadi momentum awal kesuksesannya di bidang agroindustri peternakan Nusa Tenggara Timur.

Albert, yang telah memimpin roda manajemen Hotel Marina sekitar empat tahun, akhirnya harus dipecat tahun 1994 karena dianggap tak mampu membawa hotel milik keluarga itu mencapai puncak kemajuan.

"Hotel itu merupakan perusahaan keluarga milik orangtua. Karena saat itu ada konflik keluarga, saya akhirnya harus menerima pemecatan sebagai direktur," kata Albert.

Anak bungsu dari delapan bersaudara pasangan C Porsiana dan Ny C Chamberlain itu terpaksa merintis lagi kariernya dari nol. Beruntung, pada masa awal yang amat sulit Albert didampingi istri tercinta sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT. Dengan demikian, keuangan rumah tangganya masih dapat tertolong.

Albert juga tidak putus asa. Dia bersyukur atas jiwa kewirausahaan yang ditanamkan dalam keluarga besarnya sehingga semangatnya tidak surut untuk mencari terobosan bisnis. Dia lalu melakukan survei terhadap dua bidang usaha yang dinilainya prospektif, yakni bambu untuk pembuatan tusuk gigi dan daging sapi. Di kawasan NTT ketika itu bambu tumbuh subur dan seperti di daratan Timor lainnya, tiap tahun tanaman bambu banyak yang dibakar. Ini tentu sangat disayangkan, tetapi bisnis pembuatan tusuk gigi membutuhkan investasi besar.

"Bagi saya, untuk menggeluti satu usaha harus dikuasai dulu ilmunya, baru bisa diterapkan. Saya mulai mendalami usaha bambu ataupun daging sapi lewat buku-buku. Ternyata, untuk bisnis daging sapi, modalnya tidak terlalu besar. Dari satu sapi mulai dari daging, kulit, tulang, lemak, dan isi perutnya bisa menjadi uang. Akhirnya saya memilih bisnis daging sapi," kata bapak tiga anak itu.

Albert telah menghitung secara cermat modal awal untuk bisnis daging sapi dan berniat meminjam modal dari bank. Namun, ketika dia merintis usaha tersebut tahun 1995, tidak ada satu bank pun yang bersedia memberikan pinjaman modal.

Beruntung salah seorang temannya memberikan kiat, yakni dengan cara meminjam dana bank seolah untuk perbaikan rumah. Albert kemudian mengajukan permohonan ke Bank Tabungan Negara (BTN). Sebagai jaminan, dia menyerahkan sertifikat rumah milik ibunya. Dia berhasil memperoleh modal pinjaman Rp 35 juta.

Pada tahap awal usaha setiap minggu Albert membeli dua ekor sapi yang kemudian diolah dengan produk utama daging sei (daging sapi hasil panggangan khusus). Ia membeli dalam bentuk karkas, daging dan tulang sapi setelah dipisahkan dari kepala, kulit, kaki bagian bawah, isi perut, dan ekor.

Albert membuka usaha agroindustri peternakan itu dengan bendera CV Aldia. Sebutan Aldia merupakan singkatan dari namanya sendiri, istri, dan anak-anaknya.

Daging sei Aldia kini begitu terkenal dan menjadi oleh-oleh khas dari Kupang. Di luar NTT, daging sei Aldia paling banyak diminati di Pulau Jawa.

Menanjak

Dengan telaten Albert menekuni bisnis barunya itu hingga secara perlahan tetapi pasti sejak tahun 1997 usahanya terus menanjak. Sejumlah bank pun mulai menaruh perhatian dan menawarkan pinjaman menggiurkan. Salah satunya adalah Bank Bumi Daya yang mengucurkan kredit Rp 40 juta pada 1997.

Tahun 1997-1999 Albert mulai membeli sapi hidup meski pembelian itu dilakukan oleh orang lain yang memahami betul seluk-beluk tentang sapi. Tahun 2000-an ia turun langsung dalam pembelian sapi, meski tetap didampingi pemandu. Pemandu itu diberi upah antara Rp 25.000 dan Rp 50.000 per ekor sapi.

"Pemandu itu dapat memperkirakan dengan baik berat badan sapi tanpa harus ditimbang. Membeli sapi di pasar hewan memang tidak mudah sebab penuh dengan mafia. Ibaratnya, pasar ternak sapi itu sarang penyamun. Jadi, untuk masuk ke sana harus menjadi penyamun juga," kata Albert.

Perusahaannya, Aldia, menjual produk sapi dalam dua bentuk, yakni daging olahan dalam kemasan dan daging segar. Di Kupang, produk-produknya saat ini dipasarkan di tiga tempat, yakni di Bandar Udara Eltari, Hotel Marina, dan di kawasan Oepura. Omzet di tiap tokonya per hari berkisar Rp 10 juta.

Kini tiap bulan Albert membutuhkan sekitar 160 sapi atau rata-rata 5-7 sapi setiap hari. Dia menjual daging olahan berupa daging sei dan untuk bakso. Adapun tulang, lemak, dan daging segar banyak dipesan oleh pengusaha rumah makan yang menyediakan stik, rumah makan padang, restoran, penjual martabak, ataupun penjual bakso setempat. Adapun kulit sapi dijual ke perajin kulit di Jawa.

Dari kesuksesannya, semua pinjaman bank sudah dapat dilunasinya. Bahkan, tanah milik ibu yang dipinjam untuk usaha seluas 3.000 meter persegi di Oesapa juga bisa dibeli Albert seharga Rp 30 juta tahun 2000.

Selain Albert, sebenarnya ada sejumlah pelaku agroindustri peternakan, khususnya sapi di daratan Timor. Namun, umumnya mereka tidak bertahan lama dan kemudian gulung tikar.

Albert mengusulkan agar dinas terkait di bidang pertanian, peternakan, dan industri dapat bersinergi sehingga ternak sapi dari NTT tidak hanya dijual antarpulau dalam bentuk sapi hidup, tetapi juga dalam bentuk daging olahan dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Dia mencontohkan, produksi jagung dari daerah itu tidak hanya diproyeksikan untuk ekspor sebagai biji jagung untuk pakan ternak ataupun sektor pangan lainnya, tetapi ditujukan pula untuk produk olahan, seperti baby corn, hingga batang dan daun jagung yang masih muda untuk pakan ternak bergizi tinggi.

"Tanaman jagung untuk baby corn umurnya hanya 45 hari, setelah itu batang dan daunnya dapat dijadikan makanan yang sangat bergizi bagi sapi. Selain industri akan berkembang, sektor pertanian dan peternakan pun untung," katanya.

Ia optimistis, usaha agroindustri sapi di NTT sangat prospektif. "Ke depan saya pun tidak ada niat untuk ekspansi usaha ke bidang lain. Namun, perlu revolusi atau lompatan besar sistem pengelolaan dan pengembangan peternakan di NTT. Jika langkah strategis tidak dilakukan mulai sekarang, dalam kurun waktu 10 tahun-15 tahun lagi bukan tidak mungkin ternak di NTT akan habis," tuturnya.(kompas.com)
Kategori:Bisnis, Koperasi & UKM

Sabtu, 07 Januari 2012

KOPERASI MEWUJUDKAN KEBERSAMAAN DAN KESEJAHTERAAN: MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL DAN REGIONALISME BARU

Membangun sistem Perekonomian Pasar yang berkeadilan sosial tidaklah cukup dengan sepenuhnya menyerahkan kepada pasar. Namun juga sangatlah tidak bijak apabila menggantungkan upaya korektif terhadap ketidakberdayaan pasar menjawab masalah ketidakadilan pasar sepenuhnya kepada Pemerintah. Koperasi sebagai suatu gerakan dunia telah membuktikan diri dalam melawan ketidakadilan pasar karena hadirnya ketidaksempurnaan pasar. Bahkan cukup banyak contoh bukti keberhasilan koperasi dalam membangun posisi tawar bersama dalam berbagai konstelasi perundingan, baik dalam tingkatan bisnis mikro hingga tingkatan kesepakatan internasional. Oleh karena itu banyak Pemerintah di dunia yang menganggap adanya persamaan tujuan negara dan tujuan koperasi sehingga dapat bekerjasama.

Meskipun demikian di negeri kita sejarah pengenalan koperasi didorong oleh keyakinan para Bapak Bangsa untuk mengantar perekonomian Bangsa Indonesia menuju pada suatu kemakmuran dalam kebersamaan dengan semboyan "makmur dalam kebersamaan dan bersama dalam kemakmuran". Kondisi obyektif yang hidup dan pengetahuan masyarakat kita hingga tiga dasawarsa setelah kemerdekaan memang memaksa kita untuk memilih menggunakan cara itu. Persoalan pengembangan koperasi di Indonesia sering dicemooh seolah sedang menegakan benang basah. Pemerintah di negara-negara berkembang memainkan peran ganda dalam pengembangan koperasi dalam fungsi "regulatory" dan "development". Tidak jarang peran ‘”development” justru tidak mendewasakan koperasi.

Koperasi sejak kelahiranya disadari sebagai suatu upaya untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. Oleh karena itu dasar "self help and cooperation" atau "individualitet dan solidaritet" selalu disebut bersamaan sebagai dasar pendirian koperasi. Sejak akhir abad yang lalu gerakan koperasi dunia kembali memperbaharui tekadnya dengan menyatakan keharusan untuk kembali pada jati diri yang berupa nilai-nilai dan nilai etik serta prinsip-prinsip koperasi, sembari menyatakan diri sebagai badan usaha dengan pengelolaan demoktratis dan pengawasan bersama atas keanggotaan yang terbuka dan sukarela. Menghadapi milenium baru dan globalisasi kembali menegaskan pentingnya nilai etik yang harus dijunjung tinggi berupa: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian kepada pihak lain (honesty, openness, social responsibility and caring for others) (ICA,1995). Runtuhnya rejim sosialis Blok-Timur dan kemajuan di bagian dunia lainnya seperti Afrika telah menjadikan gerakan koperasi dunia kini praktis sudah menjangkau semua negara di dunia, sehingga telah menyatu secara utuh. Dan kini keyakinan tentang jalan koperasi itu telah menemukan bentuk gerakan global.

Koperasi Indonesia memang tidak tumbuh secemerlang sejarah koperasi di Barat dan sebagian lain tidak berhasil ditumbuhkan dengan percepatan yang beriringan dengan kepentingan program pembangunan lainnya oleh Pemerintah. Krisis ekonomi telah meninggalkan pelajaran baru, bahwa ketika Pemerintah tidak berdaya lagi dan tidak memungkinkan untuk mengembangkan intervensi melalui program yang dilewatkan koperasi justru terkuak kekuatan swadaya koperasi.

Di bawah arus rasionalisasi subsidi dan independensi perbankan ternyata koperasi mampu menyumbang sepertiga pasar kredit mikro di tanah air yang sangat dibutuhkan masyarakat luas secara produktif dan kompetitif. Bahkan koperasi masih mampu menjangkau pelayanan kepada lebih dari 11 juta nasabah, jauh diatas kemampuan kepiawaian perbankan yang megah sekalipun. Namun demikian karakter koperasi Indonesia yang kecil-kecil dan tidak bersatu dalam suatu sistem koperasi menjadikannya tidak terlihat perannya yang begitu nyata.

Lingkungan keterbukaan dan desentralisasi memberi tantangan dan kesempatan baru membangun kekuatan swadaya koperasi yang ada menuju koperasi yang sehat dan kokoh bersatu.

Menyambut pengeseran tatanan ekonomi dunia yang terbuka dan bersaing secara ketat, gerakan koperasi dunia telah menetapkan prinsip dasar untuk membangun tindakan bersama. Tindakan bersama tersebut terdiri dari tujuh garis perjuangan sebagai berikut :

­Pertama, koperasi akan mampu berperan secara baik kepada masyarakat ketika koperasi secara benar berjalan sesuai jati dirinya sebagai suatu organisasi otonom, lembaga yang diawasi anggotanya dan bila mereka tetap berpegang pada nilai dan prinsip koperasi;

Kedua, potensi koperasi dapat diwujudkan semaksimal mungkin hanya bila kekhususan koperasi dihormati dalam peraturan perundangan;

Ketiga, koperasi dapat mencapai tujuannya bila mereka diakui keberadaannya dan aktifitasnya;

Keempat, koperasi dapat hidup seperti layaknya perusahaan lainnya bila terjadi "fair playing field";

Kelima, pemerintah harus memberikan aturan main yang jelas, tetapi koperasi dapat dan harus mengatur dirinya sendiri di dalam lingkungan mereka (self-regulation);

Keenam, koperasi adalah milik anggota dimana saham adalah modal dasar, sehingga mereka harus mengembangkan sumberdayanya dengan tidak mengancam identitas dan jatidirinya, dan;

Ketujuh, bantuan pengembangan dapat berarti penting bagi pertumbuhan koperasi, namun akan lebih efektif bila dipandang sebagai kemitraan dengan menjunjung tinggi hakekat koperasi dan diselenggarakan dalam kerangka jaringan.

Bagi koperasi Indonesia membangun kesejahteraan dalam kebersamaan telah cukup memiliki kekuatan dasar kekuatan gerakan. Daerah otonom harus menjadi basis penyatuan kekuatan koperasi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan lokal dan arus pengaliran surplus dari bawah. Ada baiknya koperasi Indoensia melihat kembali hasil kongres 1947 untuk melihat basis penguatan koperasi pada tiga pilar kredit, produksi dan konsumsi (Adakah keberanian melakukan restrukturisasi koperasi oleh gerakan koperasi sendiri?)

Dengan mengembalikan koperasi pada fungsinya (sebagai gerakan ekonomi) atas prinsip dan nilai dasarnya, koperasi akan semakin mampu menampilkan wajah yang sesungguhnya menuju keadaan "bersama dalam kesejahteraan" dan "sejahtera dalam kebersamaan”.



Jakarta, 8 Juli 2003


Oleh: Dr. Noer Soetrisno -- Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKM, Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Peluang Bisnis Kerajinan Flanel

Kain flannel banyak memiliki warna-warna yang menarik sehingga dapat dikombinasikan. Perpaduan warna dari kain flannel ini sangat menarik sehingga hasil kreasi dari kain flannel diminati oleh sebagian besar orang. Penggemar kreasi dari kain flannel cukup banyak dan saat ini semakin berkembang karena semakin banyak pula kreasi baru dari kain flannel.

Beberapa contoh kerajinan dari kain flannel seperti bros, ikat rambut, gantungan kunci, gantungan HP, jepit rambut, tempat tisu, sarung HP, souvenir, bingkai foto, album foto, dan masih banyak lagi. Aneka kreasi kain flannel tergantung dari kreativitas Anda. Kain flannel merupakan bahan yang murah. Kreasi yang dihasilkan memiliki nilai jual yang cukup tinggi tergantung dari tingkat kerumitan dan kreativitas si pembuat.

Apakah Anda tahu kue tart yang lezat rasanya bisa dibuat dari kain flannel? Anda pasti tergiur akan kelezatan kue tart yang satu ini. Kue tart ini berasal dari kain flannel. Bentuk dan kenampakannya sama dengan kue tart yang asli. Namun berkat tangan-tangan kreatif, kue tart dapat dibuat dari kain flannel.

Biaya pembuatan kue tart dari kain flannel ini cukup murah. Bagi Anda yang ingin mendapat penghasilan tambahan dari aneka kreasi kain flannel, dapat mencobanya sekarang juga. Untuk memulai usaha aneka kreasi kain flannel hanya membutuhkan kreativitas dan sedikit kesabaran.

Hal-hal yang harus disiapkan sebelum membuat kue tart dari flannel adalah :

1. Desain tart

2. Pola

3. Alat : gunting, jarum, penggaris.

4. Bahan : kain flannel aneka warna, lem, dakron, benang.

Perhitungan biaya :

- Bahan kain flannel Rp. 15.000
- Lem Rp. 4.000
- Benang dan jarum Rp. 4.000
- Tenaga Rp. 7.000

Peluang bisnis kerajinan kain flanel ini sangat menguntungkan, harga jual kerajian flanel berbentuk kue tart saja mencapai Rp. 55.000. Kreasi tart dari kain flannel cukup tinggi karena kue tart ini merupakan kreasi unik dan cantik. Hasil kreasi ini dapat digunakan sebagai souvenir pernikahan, kado, atau sebagai dekorasi di sudut rumah Anda. Dan sekarang sudah siapkah Anda untuk menciptakan peluang bisnis kerajinan? Selamat mencoba.

Sumber gambar : www. tokohtc.com

Membangun Usaha Dengan Membuka Toko Sembako

Setiap tahunnya terjadi pertambahan penduduk yang mengakibatkan bertambahnya pula kebutuhan pokok, dan semakin padat pemukiman di kota-kota besar tak selalu hal negatif yg muncul, namun jika anda jeli anda bisa menjadikan itu sebagai peluang usaha yg menjanjikan, ialah toko sembako sebagai peluang usaha yang patut anda coba, tak perlu keahlian khusus untuk memulai usaha ini. Modal utama adalah ketekunan dan keramahan.

Kenapa harus toko sembako? karena Kebutuhan barang-barang pokok seperti sembako, alat tulis kantor, serta beberapa perabot rumah tangga lainnya seiring dengan bertambah padatnya perumahan membuat usaha toko kelontong tak akan pernah sepi peminatnya.

Target Konsumen

Toko kelontong termasuk usaha kecil menengah yg lebih fokus dalam menyediakan barang-barang kebutuhan rumah tangga, sehingga yang menjadi target sasaran dalam bisnis ini adalah ibu rumah tangga, anak-anak, hingga bapak diseputar komplek tempat anda membuka toko kelontong.

Hal yg Dipersiapkan dalam Membuka Toko Kelontong

Untuk membuka usaha toko kelontongan ini yang harus disiapkan adalah etalase dan rak yang digunakan untuk memajang barang-barang dagangannya. Besarnya etalase disesuaikan dengan jumlah dan jenis barang yang akan dijual, dan berapa modal yang ada untuk memulai usaha ini.

Sebagai pemula, jika belum mengenal agen atau distributor dari produk-produk yang akan dijual pemilik bisa langsung mendatangi mereka. Usahakan selalu membeli barang langsung dari distributor atau agen karena harganya jauh lebih murah.

Susunlah daftar barang yang akan dijual, disesuaikan dengan modal yang ada. Sambil menyusun, buatlah skala prioritas terhadap barang-barang tersebut. Untuk barang yang diprediksi akan cepat laku maka stok diperbanyak dan selalu dipersiapkan agar tidak pernah kehabisan.

LINGKUNGAN BISNIS

Bisnis bagi sebagian orang adalah usaha pencaharian penghasilan yang membebaskan, artinya usaha yang diputuskan dan dijalankan oleh pribadi atau kelompok, dan keuntungan dapat dirancang dan dinikmati sendiri. Bisnis yang ditulis ‘business’ dalam bahasa inggris memiliki definisi ‘the activity of making, buying, selling or suppliying things for money’. Jika ini diterjemahkan dalam bahasa indonesia kurang lebih menjadi sebagai berikut ini:

‘Aktivitas membuat, membeli, menjual atau memasok hal-hal untuk uang’.

Untuk memulai bisnis sebaiknya kita perlu mengetahui lingkungan bisnis kita seperti apa misalnya dalam hal penentuan lokasi. Lokasi adalah salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam membuka usaha. Ada usaha yang cocok didirikan di suatu lokasi, tapi enggak cocok di tempat lain. Usaha warnet dan fotokopi mungkin sesuai untuk lingkungan di sekitar kampus, tapi membuka toko kelontong mungkin akan lebih cocok untuk daerah pemukiman. Karenanya, lakukan survei untuk mencari tempat yang sesuai bagi usaha yang akan kita jalani. Amati kondisi pasarnya, potensi permintaannya, dan jangan lupa cari juga informasi tentang bagaimana prospek perkembangan daerah itu ke depannya, karena hal ini bisa sangat mempengaruhi usaha kita.

Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembaga organisasi atau perusahaan. Di bawah ini adalah contoh dalam lingkungan bisnis.

A. Lingkungan Makro

yaitu tempat di mana kita harus memulai pencariannya atas peluang dan kemungkinan ancaman. Lingkungan ini terdiri dari semua pihak dan kekuatan yang mempengaruhi operasi dan prestasi perusahaan. Perusahaan perlu untuk memahami kecenderungan akan lingkungan saat ini.

Lingkungan makro terdiri dari enam kekuatan utama, yaitu :

1. Lingkungan demografi, memperlihatkan pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi, perusahaan distribusi, umur, etnis, dan pendidikan, jenis rumah tangga baru, pergeseran populasi secara geografi, dan perpecahan dari pasar masal menjadi pasar-pasar mikro.
2. Lingkungan ekonomi, memperlihatkan suatu perlambatan dalam pertumbuhan pendapatan riil, tingkat tabungan yang rendah dan hutang yang tinggi, dan perubahan pola pengeluaran konsumen.
3. Lingkungan alam, memperlihatkan kekurangan potensial dari bahan baku tertentu, biaya energi yang tidak stabil, tingkat populasi yang meningkat, dan gerakan “hijau” yang berkembang untuk melindungi lingkungan.
4. Lingkungan teknologi, memperlihatkan perubahan teknologi yang semakin cepat, kesempatan inovasi yang tak terbatas, anggaran riset dan pengembangan yang tinggi, konsentrasi pada perbaikan kecil daripada penemuan besar, dan pengaturan yang meningkat terhadap perubahan teknologi.
5. Lingkungan politik, memperlihatkan pengaturan bisnis yang substansial, peranan badan pemerintah yang kuat, dan pertumbuhan kelompok kepentingan umum.
6. Lingkungan budaya, memperlihatkan kecenderungan jangka panjang menuju realisasi diri, kepuasan langsung, dan orientasi yang lebih sekuler.

B. Lingkungan mikro

Dimana perusahaan dapat melakukan aksi – reaksi terhadap faktor – faktor penentu Opportunty (peluang pasar) dan juga Threat (ancaman dari luar).
Faktor – faktor yang mempengaruhi, lingkungan mikro :
1. Pemerintah
2. Pemegang saham
3. Kreditor
4. Pesaing
5. Publik
6. Perantara
7. Pemasok
8. Konsumen